Melamar Pekerjaan 101

Rasanya saya sedang super produktif malam ini hahaha. Padahal ini Malam Minggu jam 23.04 dan saya masih segar bugar. Yeah ini semua karena
1. Tidur siang berkepanjangan. Karena sedang period, tidur saya jadi tidak ada cut off timenya. hahaha
2. Ice Coffee dingin yang pertama saya minum setelah dua bulan puasa minum kopi.
3. Masker mata yang bikin melek
4. Playlist Soul Jazz yang bikin fokus

Okeh. Let’s start.

Jadi begini, akhir-akhir ini saya sering mendapat pertanyaan dan permintaan dari beberapa teman untuk mereview CV mereka. CV tau kan ya? Curriculum Vitae. Kenapa? Karena sepertinya dalam fase umur saya, beberapa orang mulai merasa bosan dan jengah dengan pekerjaan mereka dan mulai mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru. Karena saya sudah 2 kali resign dan 3 kali pengalaman memasukkan CV ke perusahaan, bisa dibilang saya telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk memperhatikan CV saya dibanding teman-teman lainnya yang belum pernah pindah pekerjaan. So, sepertinya penting juga untuk dibagi pada khalayak umum bagaimana caranya membuat CV yang baik. Inget ya baik, bukan bluffing. hahaha.

Pertama, kenapa butuh CV yang baik?
Ini penting juga untuk para Freshgraduate yang baru pertama akan mencari pekerjaan. Eh jangan salah ya, even kalian akan bikin usaha atau start up sendiri (lagi jaman bgt ya anak millenial, bikin start up sendiri), at some point kalian akan butuh CV buat orang lain. Kalo bukan buat cari kerja, buat ikut kompetisi atau cari funding kan. Jadi kenapa penting?

  1. CV adalah sarana pertama (meskipun bukan utama) untuk mengenal calon counterpart yang akan diwawancara. Jadi pastikan kalian punya CV yang informatif. Ibarat manusia, CV ini kaya baju. Gaya pake baju kalian akan mendefinisikan kalian ini seperti apa di mata lawan bicara. Iya kan? Bukan harus perlente atau bagaimana, yang paling penting adalah bisa menempatkan diri. Sama kaya bikin CV. Harus bisa menempatkan diri mau ngelamar kerja ke mana.
  2. Manusia adalah spesies yang punya selera. Maka demikian juga para orang-orang HR atau interviewer yang akan memilah-milah kandidat mana yang akan lolos saringan pertama. Hei, cari kerja ini sama kaya perang. Butuh strategi dan CV adalah senjata ujung tombak pada pejuang. Coba bayangkan kalian jadi seorang Manager Talent yang harus membaca ratusan CV setiap harinya. CV macem apa yang akan kalian pilih duluan? yang menarik dan informatif kan? Jadi jangan remehkan CV.

Jadi bagaimana membuat CV yang baik?

  1. Luangkan waktu khusus untuk membuat CV. Ini serius. Perlu merenung dan fokus untuk menghasilkan CV yang baik. Sisihkan satu hari tersendiri di akhir Minggu untuk membuat CV.
  2. Jangan males riset. Sering-sering searching gimana si CV yang bagus menurut orang-orang. Banyak orang yang minta saya review CV nya tapi sepertinya mereka sendiri jarang untuk melihat bagaimana si CV yang baik atau kalaupun sering lihat CV yang baik, kurang tepat dalam mengambil intisarinya.
  3. Bikin coret-coretan dulu di kertas bagaimana layout yang kalian mau untuk CV kalian. Ini akan membantu mengisi informasi apa saja yang relevan.
  4. Bikin dua versi CV. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pastikan grammar dan tata bahasa kalian dalam CV sesuai kaidahnya. Buat sebagian orang, kesalahan penulisan bikin gatel bacanya (apalagi kalo orang yang baca berjiwa editor tingkat tinggi).

Lalu bagaimana isi CV yang baik?
(disclaimer : saya bukan orang HR, ini adalah poin-poin yang saya kumpulkan berdasarkan pengalaman, observasi dan riset selama hampir 7 tahun terakhir).

Menurut saya CV yang baik mengandung dua hal.

  1. Menarik tapi tidak berlebihan. Bosen ga sih kalo baca CV trus plain banget. Bikin di Microsoft Word dan ga ada warna-warna apa gitu. Bikin di Word ga papa, saya juga bikin di Word, tapi CV saya ga plain putih doang. Terlalu warna – warni schocking juga ga bagus. Pilih satu dua warna yang netral atau soft pastel. Kalau suka warna yang tegas, pilih versi pastelnya jangan terlalu pakai warna yang offensive dalam CV. Biasanya saya akan pilih satu warna saja dan elemen lainnya warna putih. Begitu juga dengan pemilihan font. Oh ya satu lagi, pastikan format CV kalian enak dibaca. Jangan miring sana sini, ga simetris, paragrafnya berantarakan, pointernya ga rapi. Pastikan juga kalau mau pakai gambar clipart dalam CV, pilih yang relevan dengan informasi kalian.
  2. Informatif tapi singkat. Berapa panjang sebaiknya? Satu halaman itu ideal, Dua halaman maksimal. Ga ada waktu lah orang HR untuk baca CV kalian kalo sampe lebih dari 2 halaman.

Step – step : Bagi CV kalian ke dalam 4 bagian.

  1. Foto yang baik. Inget, yang baik. Pastikan kalian memasang foto terakhir di CV kalian. Jangan diedit terlalu banyak. Kalo beda banget sama aslinya, orang HR yang akan manggil wawancara bisa-bisa ilfil dan ga jadi ngelanjutin prosesnya karena dianggap kalian memanipulasi CV mulai dari foto. Pakai baju yang sesuai dan gaya foto yang pas untuk kantor atau counterpart yang akan jadi pihak yang membaca CV kalian. Kadang, CV ditolak karena dari foto aja dianggep ga cocok dengan gaya (value) di perusahaan. Contoh, Kalian mau melamar jadi content writer yang notabene dunia kreatif, lalu foto kalian pake blazer formal ala foto ijazah. Gimana kira-kira? kalo saya HR yang baca CV nya, agak males untuk manggil wawancara karena menurut saya orang tersebut terlalu kaku dan bisa jadi kurang kreatif. Inget di dalem baca CV ini sangat banyak tingkat subjektivitas karen relatif tidak ada informasi lain yang bisa dipakai untuk menilai seseorang. Maka sebisa mungkin, masukkan foto kalian yang paling menarik tapi bukan editan. Kalo mau ngelamar ke perusahaan formal, foto pake baju yang formal dan hadap samping. Bisanya dengan menghadap ke samping postur kalian menjadi lebih terlihat santai tapi profesional. Lebih terkesan menarik.
  2. Informasi Pribadi. Jangan lupa masukkan informasi pribadi tapi jangan terlalu personal. Maksudnya gimana? Cukup masukkan data kontak pribadi (nomor Hp, email, alamat Linkedin, alamat tinggal), IPK terakhir dan statement diri. Ga perlu nulis berat badan, tinggi badan, suku dan informasi lainnya. Beberapa pihak bahkan kadang merasa tidak perlu tau keyakinan kita apa. Jadi pintar-pintar memilah informasi diri yang akan disampaikan dalam CV, ingat sekali lagi tidak perlu terlalu personal.
  3. Informasi Utama. Bagian ini bisa dibilang jantungnya CV. Isinya dua penting. Informasi Jenjang Pendidikan dan Informasi Pengalaman Kerja. Lalu bagaimana kalo saya Fresh Graduate? Pengalaman kerja bisa kalian ganti dengan pengalaman magang atau pengalaman organisasi. Bagaimana mengisinya? urutkan dari yang paling baru sampai yang paling terakhir. Untuk jenjang pendidikan, pilih sampai 3 jenjang terakhir saja, ga perlu lah ditulis sampe SMP di mana, SD di mana bahkan sampe TK di mana. Kepanjang wey, orang yang baca juga ga butuh info sebanyak itu.

    Untuk pengalaman kerja atau organisasi, Bagian ini membutuhkan waktu yang niat untuk nulisnya. Sebagian besar orang kurang bisa menulis dan mengambil intisari dari apa role utama pekerjaan mereka. Bisanya mereka terjebak untuk menulis kegiatan sehari-hari yang mereka kerjakan. Misalnya pekerjaan saya adalah Relationship Manager. Biasanya orang akan menulis Saya bertanggung jawab untuk mencari nasabah yang mau mengambil kredit. Ya itu juga semua orang tau. Sebaiknya tulislah role yang lebih stratejik dari pekerjaan  / pengalaman organisasi. Jadi apa yang saya tulis? Saya akan menulis bahwa saya menjadi advisor dari usaha nasabah saya dan memberikan pandangan yang menyeluruh atas bisnisnya dan apa yang bisa dikembangkan bersama dengan bank saya.

    Misalnya saya adalah seorang Sekretaris BEM. Saya akan menulis role saya adalah
    – Memastikan seluruh agenda BEM berjalan sesuai dengan time line. -> ini menunjukkan saya bisa bekerja dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama.
    – Melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder di dalam dan luar fakultas. -> Ini menunjukkan saya bisa bekerja dengan tim dan menjaga komunikasi antar bagian berjalan dengan baik.

    Bisa bedakan ya? Coba renungkan apa role stratejik yang kalian kerjakan setiap hari. Ini menjadi sangat penting untuk posisi Mid Manager. Untuk tingkat yang lebih tinggi, orang akan melihat apa peran penting seseorang dalam perusahaannya, bukan kegiatannya sehari-hari.

  4. Informasi tambahan. Isinya bisa bermacam – macam tergantung field pekerjaan yang akan dipilih. Biasanya berisi pengalaman organisasi (untuk yang sudah bekerja), sertifikasi, pelatihan atau award. Jangan masukkan semua, pilih yang paling prestisius dan time linenya dekat. Juara panjat pinang tujuh belasan jaman SMP ga perlu lah ditulis juga. Untuk posisi Mid Manager, masukkan juga portofolio pekerjaan yang strategis untuk informasi tambahan seberapa luas scope of work yang pernah kita lakukan.

See, i took my CV seriously. Bukan untuk bluffing, tapi penting untuk personal branding. Ketika saya bilang saya adalah orang yang teliti, tapi ternyata dalam CV saya ada tulisan yang salah, ini membantah statement tentang diri saya.

Buat para Fresh Graduate, tips saya Belajar untuk menilai diri sendiri. Apa kekurangan dan kelemahan kalian. Cari 5 hal yang paling mendeskripsikan diri kalian. Contoh, Saya adalah orang yang adaptif, kreatif, berpikir strategis, detil dan komunikatif. Pastikan lima hal tersebut ada dalam diri kalian. Jangan sampe kalian bilang kalian adalah orang yang punctual, tapi ternyata saat wawancara terlambat. Aiyyooh, hancurmina semua usaha bikin CV yang baik.

Sekali lagi, CV adalah yang pertama tapi bukan yang utama. Ketika udah berhasil dipanggil wawancara, lain lagi medan perangnya. Selamat mencoba! Ini saya bagikan beberapa CV yang menurut saya bagus.

a-

From creativemarket.com

agatha_br2-

From creativemarket.com

graphic-design-resume-examples-creative-and-simple-resume-design-template-for-artist

From tgam.info

Di Pinterest juga bagus-bagus. Silakan mencari referensi layout dan desain lainnya. Ingat jangan terlalu berlebihan dalam memilih warna, layout, ukuran font, jenis font dan informasi yang mau disampaikan.

Good Luck. Selamat mencoba.

Cheers!

 

Resah!

 

Penasaran ga sih kenapa saya tiba-tiba nulis lagi setelah hampir 2 tahun berhenti menulis di sini? Let me tell you a story sebentar ya.

Ajeng di masa kuliah.
Jadi, saya dulu termasuk aliran desperate romantic tingkat akut karena
1. Ternyata saya golongan darahnya AB yang katanya absurd dan katanya punya tingkat mood swing tinggi. hahahaha. Ini setengah benar setengah kurang tepat. Sebenarnya, setelah saya lebih berkaca diri, saya bukan mood swing tinggi, tapi saya terlalu perasa. Bukan galau, bukan emosional, tapi perasa. Sepertinya tingkat simpati empati saya pada level yang saya sendiri tidak bisa kendalikan.

2. Terlalu banyak menonton film Korea.
Bukan yang drama berseri-seri ya. Dari dulu saya sering banget nonton movie Korea karena ceritanya menarik, ga biasa dan sinematografinya punya tone yang memanjakan mata saya. Back then, sampe skrg ada dua kelemahan saya yaitu Gong Yoo dan Jo In Sung. Saya dan sahabat saya (temen dari jaman SMA, sekosan dan masih sering main sampe skrg) pernah nonton film Korea malam Sabtu sampe jam 3 pagi, nangis bareng dan jam 8 paginya saya harus menghadiri kelas tambahan Statistika (kalo dipikir-pikir, dulu saya belajar ga serius amat ya hahaha). Intinya dosis nonton saya parah bgt dulu hahaha. Tapi ga lebay kaya anak jaman skrg yang sampe hard core gitu. Level saya masih super ngefans aja bukan maniak hahaha.

Ajeng setelah kuliah
Lalu saya berusaha mengurangi nonton film Korea sejak sekitar taun 2012 lah. Kalo pun nonton ya paling satu dua aja itu juga milih-milih banget. Ditunjang dengan faktor dua aktor kelemahan saya itu lagi pada ikut Wamil, jadi pada ga main film baru lagi.

Sampe akhirnya awal tahun 2018 kmrn saya dicekokin adik-adik saya film drama Jo In Sung yang apparently ternyata bagus banget. Dem.. ini kaya ngebuka Pandora Box saya (tapi sampe skrg saya masih bisa nahan ga nonton Goblin yang ada Gong Yoo nya, terlalu mainstream, banyak yang suka saya malah males nonton) yang akhirnya membawa saya ke film lainnya.

Ini juga ditunjang karena kuota data saya untuk aplikasi Viu, banyaaaak bgt. Dengan motif lainnya saya ga mau nambahin keuntungan provider saya, mending saya abisin kan. Dan pilihan saya berhenti di film SILENCED dengan aktornya Gong Yoo. Film ini membuat saya sangat resah setelahnya (bahkan sampai saya menulis tulisan ini).

4782_Silenced_Nowplay_Small

Well film ini udh cukup lama tayang di Korea sana. Release sekitar tahun 2011 dan diangkat dari buku berdasarkan kisah nyata. Saya yang akhir-akhir ini terobsesi dengan segala hal yang berbau “kisah nyata” jadi makin penasaran dong. Setelah liat reviewnya, oke lah mari kita nonton. Dan berakhir dengan ..

Tangisan air mata di tengah malam yang tidak bisa dibendung.. Sedih banget ditambah dengan kenyataan bahwa kejadian di film ini betul-betul terjadi (dan gimmick Gong Yoo-nya super tampan di film ini. Best version of Gong Yoo so far menurut saya hahaha).

Silenced-001

picture from Asianwiki

Film ini bercerita tentang seorang guru seni yang mengajar di sekolah asrama akademi untuk anak-anak umur Sekolah Dasar yang memiliki keterbatasan tidak bisa mendengar dan bicara. Tuna rungu dan bisu. Baru di awal-awal masa mengajarnya, sang guru menemukan kenyataan bahwa ada hal yang aneh yang terjadi di sekolah yang ia ajar. Anak-anak di sekolah itu seperti mengalami trauma yang dalam. Setelah berbagai kejadian, sang guru akhirnya sadar bahwa anak-anak ini pernah mengalami pelecehan seksual oleh para guru dan kepala sekolahnya. Men even kepala sekolahnya udh umur paruh baya. Film ini lebih menceritakan bagaimana jalannya proses peradilan antara anak-anak korban versus para tersangka. Akhirnya gimana, nonton sendiri ya. Bagus bgt lah.

Menariknya dari film ini adalah karena jalan cerita, akting dan sinematografi yang bagus akhirnya menarik perhatian masyarakat di Korsel sana untuk bikin petisi yang memaksa pemerintah merevisi undang-undang tentang pelecehan seksual anak-anak dan anak yang berkebutuhan khusus. Karena film ini juga akhirnya kasus-kasus yang terjadi di sekolah itu dibuka lagi dan diinvestigasi lebih dalam. Meskipun tidak memberikan keadilan yang lebih baik buat korban yang pertama membuka kasus ini ke publik, tapi paling engga memberikan harapan bagi korban-korban lain yang mencari keadilan.

Di akhir film, saya cuma bisa membatin, kenapa bisa orang sejahat ini, setega itu dan kenapa sulit sekali untuk manusia lebih empati pada orang lain yang kurang beruntung dibanding dirinya. Kenapa manusia cenderung untuk mengambil keuntungan dari orang lain yang lebih tidak berdaya. Dan jutaan pertanyaan kenapa lainnya.

Tidak bisakah kita hidup dengan lebih damai, lebih peka terhadap orang lain, lebih mau berbagi dan empati dengan sesama. Bisakah?

ps. untuk yang penasaran, bisa searching tentang “Gwangju Inhwa Scandal” atau “Dogani Bill”

Time Flies

DSCF5594

BORDER LINE (taken with Fujifilm XA2 Fujinon 23mm f1/4)

Hai,

Apa kabar dunia persilatan abad ini? I think i missed everything ya. Yeah it’s my first blog post after so many full moon (puluhan purnama kalo versi AADC2 nya hahaha). Ga tau kenapa, beberapa tahun belakangan saya malas sekali buka blog ini dan lebih milih untuk share sesuatu via instagram. Alasan terkuatnya adalah Instagram memberikan saya kemudahan untuk posting foto tanpa harus edit terlalu ribet via program di laptop dan pastinya bisa dilakukan kapan saja karena bisa dari handphone. Sok ngacung siapa yang kaya gini juga? bisa dibilang saya murtad sedikit dari blog ini dan beralih ke yang lain. Maaf ya WordPress. hehehe

Well anyway, sedikit recap
1. Saya sudah tidak bekerja di bank lagi (ah thank God.. selamat tinggal drama akhir bulan, akhir triwulan, akhir semester dan akhir tahun). Tapi saya masih bekerja di bidang kredit. Sedikit murtad juga dari bank, saya pindah ke start up peer to peer lending yang tujuannya men-disrupt  membantu masyarakat punya opsi lain untuk dapet modal usaha kalo ga bisa memenuhi kriteria dari bank. Next time lah saya jelasin apa bedanya peer to peer lending vs bank.

2. Saya sudah terbebas dari drama perkeretaan pagi dan sore hari yang rasanya menyedot kebahagiaan setiap orang dan membuat pembicaraan menjadi lebih tidak bermakna karena yang dibahas di kantor setiap pagi adalah bagaimana keadaan stasiun dan kereta pagi ini. Enough lah 3 tahun saya jadi pisang epe di dalem kereta. Bye KRL. Alhamdulillah juga jadi ga ngerasain betapa semrawutnya Tanahabang kini setelah ditinggal Gubernur DKI yang bisa bikin Tanahabang lebih manusiawi. Sok tuh yang milih gubernur sekarang, tagih lah janjinya benerin Tanahabang. Gila Tanahabang kini makin beringas.

3. Well saya masih pergi-pergi ke manapun kaki saya melangkah (dan jempol mengetik riset tentang destinasi yang bikin penasaran hahaha.) Duh pengen rasanya cerita di sini. Tapi apa daya, saya sungguh malas edit-edit foto dan mengumpulkan dalam sebuah index untuk mudah diunggah di blog. Please WordPress berikan kami kemudahan dalam menulis blog via handphone dong. Saya pernah si mengunduh aplikasi WordPress di Hp saya, tapi rasanya susah banget ngatur formatnya untuk bisa enak dibaca, tetep wae kudu buka lewat laptop. Meh..

4. Hhmm apa lagi ya.. Oh ya, tahun ini saya berumur 30 tahun!! waw banget kan.. rasanya selalu berdebar ketika menginjakkan kaki di dekade umur yang baru. Ga sabar pengen ngalamin banyak hal di dekade ini. Wish us luck 🙂

Doakan saya semakin rajin menulis ya. aamiin..

Pergi Sendiri

image1

Pergi ke mana pun, sepertinya sudah seperti obat untuk kestabilan jiwa saya. Dalam satu tahun, saya biasanya mengalokasikan 1 kali perjalanan panjang (8-10 hari) dan beberapa kali perjalanan pendek (3-5 hari). Lokasi dan waktunya disesuaikan dengan keinginan dan kondisi pekerjaan.

Setiap pulang dari berpergian (biasanya terjadi setelah perjalanan saya yang agak panjang), ibu saya akan bertanya “mau sampai kapan?” yang selalu saya jawab dengan “ya kalo disuruh berhenti ga akan bisa, Mah”. Well ya semoga ibu saya bisa mengerti bahwa jalanan sudah seperti urat nadi saya, pantai sunyi jauh dari hingar bingar suara ibu kota adalah jantung saya dan bawah laut yang mengagumkan adalah imajinasi saya yang membuat saya tetap hidup.

Berbicara pergi ke pelosok Indonesi kadang tidak mudah. Mulai dari keterbatasan informasi sampai memilih penginapan dan transportasi menjadi tantangan tersendiri yang kadang membuat para pejalan ciut dan tidak berani memasukkan destinasi cantik di pelosok Indonesia ke dalam wishlist mereka atau jika mereka cukup nekat, mereka akan memilih pergi bersama travel agent.

Tidak ada yang salah untuk pergi bersama travel agent, bahkan kadang menjadi solusi untuk destinasi mainstream seperti tujuan wisata laut di lampung, ujung kulon atau karimun jawa yang mana hampir semua resources di sana sudah dikuasai para travel agent. Jika anda ingin pergi ke tempat-tempat mainstream yang mudah dijangkau tanpa travel agent, siapkan mental dan tenaga anda untuk bertarung bersama mereka. hehehe

Saya pribadi, sebisa mungkin tidak menggunakan travel agent. Kenapa? saya cukup ambisius dan terlampau malas bangun pagi di saat yang bersamaan. hahaha ya saya kadang sulit ditebak kalau sedang bepergian. Ada kalanya saya ingin mengejar semua yang ada di daftar saya dan kadang esok harinya ingin duduk saja di pinggir pantai tanpa melakukan apapun. Kadang saya juga akan berhenti lama sekali di pinggir jalan untuk memotret sesuatu. Saya sadar bahwa kebiasaan ini tidak akan dipahami orang lain jika saya pergi dengan travel. Ditambah saya cukup yakin jika saya pergi sendiri, biaya pasti akan lebih murah dan selama ini sudah saya buktikan.

Biasanya saya akan menulis beberapa catatan perjalanan di blog ini. Kali ini saya membuat sebuah direktori lain tentang detil teknis perjalanan saya sehingga lebih mudah untuk diikuti tanpa diselingin hal-hal random lainnya hehehe. Tenang, di blog ini tetap akan saya ceritakan tentang cerita kecil yang terjadi selama perjalanan saya.

Anda bisa menyimak ulasan perjalanan, itinerary, tips dan detil teknis perjalanan saya di halaman Pergi Sendiri. Saya juga akan memasukkan informasi tentang proyek sosial yang sedang saya kerjakan, siapa tau Anda tertarik.

Selamat Pergi Sendiri.

28/09/2016

Setiap Pagi

SAMSUNG CAMERA PICTURES

bangku kosong di Taman Nasional Alas Purwo. Dokumentasi pribadi.

Setiap pagi, selama dua tahun belakangan ini, saya punya ritual yang dilakukan hampir oleh seluruh manusia urban ibu kota. Tapi khusus ritual saya, akan jadi seperti ini
05.00 bangung tidur, menuju kamar mandi05.00 – 05.30 ritual duduk di kloset, berusaha mengeluarkan semua hasil makanan sehari sebelumnya, mengumpulkan nyawa sambil membaca time line media sosial dan membalas semua pertanyaan yang terlewat ketika saya terlanjur tidur lebih awal (atau pesannya memang sampai terlalu larut dan saya sudah terlelap)
05.30 – 05.40 mandi secepat kilat dengan runutan sesuai SOP yang sudah dihapal otak
05.40 – 05.55 ini akan menjadi 15 menit paling mendebarkan karena saya perlu untuk beribadah pagi, menyetrika baju, memilih baju yang cocok dan cukup untuk tidak membuat saya seperti badut di kantor karena warna pakaian yang menyalahi aturan polisi fashion, pamit sama bapak ibu dan printilan lainnya.
maksimal pukul 05.55 saya harus berlari  ke stasiun kereta terdekat untuk menyejar melodi kereta KRL menuju kantor.

Selepas dari Stasiun Kebayoran, menuju Stasiun Palmerah, jika saya berdiri di sisi kanan dari arah datangnya kereta, saya akan melihat sebuah rumah cantik di pojok dekat jalan raya dengan tulisan dijual.

Seminggu, sebulan, enam bulan, tulisan ‘dijual’ itu masih ada di sana. Entah kenapa saya tertarik dengan rumah itu. Not so fancy not so big. Tapi sepertinya cukup untuk keluarga dengan dua (atau tiga) anak, dua kucing (atau lebih), beberapa tanaman cantik dan perabot yang nyaman. Imajinasi saya melayang tinggi setiap kali kereta saya melintasi rumah itu.

Dua tahun berlalu, saya jadi lebih jarang untuk memperhatikan rumah itu, sesekali hanya sekelibat saja menengok untuk memastikan tulisan ‘dijual’ itu masih ditempel di sana. Rasanya saya yakin, rumah itu sepertinya cocok untuk saya suatu saat nanti tapi saya yakin harganya sangat mahal untuk kondisi saya saat ini. Suatu saat ya. Suatu saat. Tunggu saya.

Ada masa di mana, ketika kereta saya kelewat penuh, rumah itu yang menyemangati saya tetap mengambil jalur ini. Meskipun saya tau itu hanya imajinasi saya saja.

Suatu hari, setelah hampir dua tahun, tulisan ‘ dijual’ itu tidak ada lagi di sana. Saya diam tertegun cukup lama. Sepertinya ia sudah menemukan majikan barunya. Semangat saya jatuh. Mendadak melodramatis seperti hancur. Aneh rasanya menjadi patah hati karena sebuah rumah.

Saya perlu semangat lainnya untuk berjuang setiap pagi.

Juni 2016